BERITANUSRA.COM - Euforia masyarakat pada seni pertunjukan drama Gong pada tahun 80-an benar-benar membius masyarakat - hampir pada semua golongan sosial. mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa, demikian juga tingkatan sosial dari menengah ke atas sampai menengah ke bawah. meskipun demikian kejayaan seni pertunjukan yang mengawinkan antara seni moderen dan klasic atau tradisional, akhirnya seitar tahun 90-an seni pertunjukan ini semakin memudar seiring pergeseran selera penikmat seni dan semakin banyaknya jenis hiburan yang muncul.
''Hampir tiap malam sekaha drama Gong Puspa Anom Banyuning - Buleleng pentas hingga ke pelosok desa.''ungkap Gede Mahardika pengamat drama Gong sekaligus pelaku seni.
Untuk di Buleleng nama-nama yang populer saat itu, Wayan Sujana alias Jedur, Nengah Wijana, Gede Mangki, Sweca dan tokoh perempuannya muncul nama Sariani pemeran Sampek Ing Tae. Bahkan Wayan Sujana pernah mendapat penghargaan Wijaya Kusuma dari Gubernur Bali.
Baca Juga: Hidup Mati Seni Pertunjukan Drama Gong Buleleng (Bagian Pertama)
Masih menurut Mahardika, seni pertunjukan drama Gong sangat puper saat itu disamaping alur ceritanya memasyarakat, mudah dicerna oleh khalayak - biasanya lebih mengambil alur cerita kehidupan dari jaman kerajaan atau menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita-cerita romantis seperti cerita Panji dan sejenis lainnya. Dalam membawakan lakon ini, para pemain drama Gong tidak menari melainkan berakting secara realistis dengan dialog-dialog verbal yang berbahasa Bali.
Cerita itu di ambil di sesuaikan dengan kisah kehidupan jaman raja-raja jaman dulu yang di kemas sedemikian rupa sehingga menjadi suatu seni pertunjukan yang menarik dan menghibur para penggemarnya.
Peran-peran dalam seni pertunjukan inipun mudah diingat, seperti raja manis, raja buduh, Putri manis, Putri buduh, raja tua, Permaisuri, Dayang-dayang, Patih keras, Patih tua, dan Dua pasang punakawan. Yang terakhir ini sebagai pemanis sebuah pertunjukan yang bisa mengocok perut penonton.
Baca Juga: Eks Sekda Buleleng Ditahan Kejati Bali, Pengacara Janji Akan Bongkar Kotak Pandora
Kepopuleran pertunjukan rakyat ini dimasyaat adalah karena pertunjukan seni ini di Bali masih relatif muda usianya, yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur-unsur drama modern dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur teater modern Barat dengan teater tradisional - Bali.
drama Gong asal Buleleng yang sangat meleganda Puspa Anom Bnyuning ataupun Sekaha drama Gong Sanggalangit. Dua dari puluhan belasan sekaha drama Gogng yang ada di Buleleng yang sempat mengambil hati penikmat drama Gong - karena keberhasilannya memainkan peran-peran yang dimainkan mereka di atas panggung, wajah pemeran-pemerannya, juga pendukung lainnya seperti sekaha pengiring atau gamelan gong, dekorasi, tata cahaya dan pendukung suara atau saund.
Menurut Gede Mahardika tidak terhitung banyaknya kali manggung demikian juga tempatnya hingga sampai ke pelosok desa jaman itu. Sekaha drama Puspa Anom Bnyuning sendiri beberapa kali diundang manggung di Lombok.
Yang mejadi kenangan terindah pada jaman boomingnya pemetasan drama Gong Puspa Anom Banyuning tahun 80-an hingga, ujar Mahardika keantusiaan masyarakat menonton drama Gong pada jaman itu sangat tinggi. Pertunjukan drama Gong pada saat itu sering dipergunakan sebagai program penggalangan dana untuk pembangunan Posko atau Balai banjar dan perbikan tempat-tempat suci. ''sangat bangga, mereka rela mengontrak atau mensponsori tidak hanya satu dua malam tapi bisa tiga malam pementasan atau lebih secara berturut-turut,''katanya.
Uniknya, para pemeran atau crew pendukung pementasan drama Gong tersebut mereka membawa 'pekerjaan' rumah - dikerjakan ditempat dimana mereka manggung. ''Saat kita manggung tiga malam, jaraknya jauh, tidak memungkinkan crew bolak balik-karena saat itu transportasi terbatas, sehingga semua crew nginap dilokasi pementasan. Biasanya yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya mereka mebawa ke lokasi manggung. Malamnya pentas, besok paginya ngambil pekerjaan yang dibawa dari rumah. Entah itu memahat atau kegiatan lainnya,''jelasnya. ***
Artikel Terkait
Sejahterakan Petani, Bupati Buleleng dan Anggota Komisi IV DPR RI Gelar Bimtek Budidaya dan Pasca Panen Kopi
Dandim 1609 Buleleng Didampingi Pihak Pemkab Salurkan BTPKLW Senilai Rp 4 Milyard Kepada Penerima Manfaat
Hidup Mati Seni Pertunjukan Drama Gong Buleleng (Bagian Pertama)
Eks Sekda Buleleng Ditahan Kejati Bali, Pengacara Janji Akan Bongkar "Kotak Pandora"