BERITANUSRA.COM - Seni Pertunjukan Drama Gong yang pernah booming di era tahun 80-an kini hanya tinggal kenangan. Jangankan pentas, saat ini generasi milenial kebanyakan tidak pernah mengenal Seni Pertunjukan yang pernah mengalami masa jaya pada jamannya. ''Pada saat puncak-punncak kejayaan jenis pertunjukan Drama Gong ini, kami hampir tiap malam pentas''demikian salah seorang seniman tua Buleleng, Gede Mahardika yang juga pernah bermain di Sanggar Drama GongZ, Panji Anom - Banyuning, Buleleng.
Drama gong sebuah Seni Pertunjukan - penggabungan Seni Pertunjukan drama tari tradisional Bali seperti Sendratari, Arja, dan Sandiwara yang kemudian dimasukan sebagai sebuah seni Prembon campuran moderen. Penggabungan Seni Pertunjukan ini dijadikan satu kesatuan yang indah, tetapi dihiasi dengan sebuah pertunjukan yang lucu yang bisa menimbulkan tawa, cerita sedih yang dapat menggugah penonton ke alam kesedihan dan tentu saja diending cerita adalah kebahagian. Sebagaimana umumnya jenis seni pertujukan lainnya khususnya Drama Gong, banyak petuah atau filsafat-filsafat yang disisipkan dicerita tersebut - tergantung dari penulis cerita ataupu sang sutradara.
Drama Gong itu sendiri mulai dikenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari Desa Abianbase - Gianyar, Bali - kelompok ini dikena dengan nama nama Drama Gong Abianbase. ''Tokoh ini merupakan seniman Bali yang pertama kali memperkenalkan Drama Gong. Yang sangat terkenal yaitu Sekaha Drama Gong Abianbase,''ungkap Mahardika dalam sebuah wawancara dengan media Beritanusra.com.
Dari pertama kali kemunculannya di Bali, jenis pertujukan seni Drama Gong ini masih relatif muda usianya. Tetapi kemunculan jenis pertunjukan ini sangat menginspirasi seniman-seniman di Buleleng, menyusul pesatnya perkembangan group group seni Drama Gong di Buleleng. Mulai dari munculnya Group atau sekaha besar seperti Sekaha Drama Gong Puspa Anom Banyuning, Sekaha Drama Gong Bungkulan, hingga muncul pula Sekaha Drama Gong Sanggalangit dari wilayah Buleleng Barat, dan masih banyak lagi sekaha-sekaha Drama Gong lainnya seperti jamur dimusim hujan.
Sebagaimana dikatakan Mahardika, Seni Pertunjukan Drama Gong pertama kali muncul di Buleleng tahun 1970-an, yang mengawali Sekaha Drama Gong Panji Anom Banyuning, pimpinan Wayan Sujana - atau lebih dikenal dengan Wayan Jedur. Seniman yang pernah mendapat penghargaan Wijaya Kusuma dari Gubernur Bali ini aktif sebagai pengarah pertujukan, sutradara sekaligus sebagai penulis naskah. Sekaha Drama Gong Puspa Anom - Banyuning binaannya sendiri saat kejayaannya, dikenal di seluruh Bali - bahkan sering mendapat undangan manggung atau pertunjukan di Lombok.
Awal mula dari kelompok ini, Seni Pertunjukan Drama Gong menyebar ke seluruh Buleleng, boomingnya tahun 80-an. Banyaknya bermunculan sekaha-sekaha Drama Gong di era tahun 80-an karena permintaan masyarakat atau antusiasme masyarakat yang begitu tinggi terhadap bentuk seni pertujunkan ini.
Masih menurut Mahadika seniman tua Buleleng yang juga merupakan pensiunan guru ini menjelaskan, dirinya pernah bergabung di Sekaha Drama Gong Puspa Anom. Meskipun mengaku karena panggilan jiwa - karena mencintai dunia seni, tapi pernah mengalami masa masa indah kejayaan Seni Pertunjukan yang sangat merakyat ini.
''di era tahun 80-an, masyarakat begitu senang menonton pertunjukan drma gong. setiap groupnya manggung, orang-orang datang seperti 'ketog semprong-sidi tapinang' mereka berbondong-bondong datany,' kenangnya.***
Artikel Terkait
Ex Pelabuhan Buleleng, Objek Wisata Sarat Sejarah di Singaraja
Klian Desa Adat Buleleng Akan Sulap Setra Adat sebagai Bagian Kawasan City Tour Pertama Di Bali
KBRI Australia Gelar Lokakarya Kenalkan Budaya dan Seni Indonesia